udahan mamam, nemenin nami berenang, saya engga bawa 'amunisi' renang... :(
and also lil' nami (sayang teh sari n ka opik ga ikut uga.. )
i'm gonna miss this moment...
Posted by ayu at 09.37 1 comments
Posted by ayu at 05.51 0 comments
Anak Jalanan
Masa kanak – kanak harusnya menjadi masa yang membahagiakan bagi seluruh anak di dunia. Bermain, belajar, bergaul dengan sesame, rekreasi, mendapatkan pendidikan yang baik dan yang terpenting adalah kasih saying dan perlindungan dari orang tua. Karena pada masa – masa ini kepribadian/sifat seorang anak terbentuk, apakah dia akan kasar, lembut, pemalu, percaya diri, takut, berani, dan sebagiannya. Lingkungan dan pengajaran (baik formal ataupun informal) juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap dan prilaku anak – anak.
Di kota tempat tinggal saya sekarang, Bandung, justru sebaliknya. Percaya ataupun mau pura – pura tidak percaya, hamper di setiap perempatan jalan kota Bandung (parahnya) kita dapat atau malah sering melihat anak – anak kecil yang seharusnya mendapat kebahagiaan seperti di atas tengah melakukan pekerjaan yang luar biasa membuat saya tidak habis pikir dengan orang tua mereka. Anak – anak tersebut menjadi pengamen, pengemis, bahkan ada yang secara terang – terangan dijadikan alat belas asih oleh orang tua yang mungkin orang tua kandung mereka (bahkan sempat terbersit di pikiran saya bahwa bayi – bayi tersebut hanya mereka sewa/pinjam untuk lebih memaksimalkan acting pekerjaan mereka). Lingkungan jalanan sangat memiliki efek buruk bagi pembentukan prilaku anak – anak. Tidak ada yang melarang mereka berkata kasar, melakukan tindakan berbahaya dan tercela serta tidak ada yang mengajari mereka sopan santun. Kata – kata kasar yang keluar dari mulut anak – anak tersebut sangat sering saya dengar. Lingkungan seperti ini akan membentuk prilaku anak – anak yang bruntal dan bisa saja menjadi orang yang jahat di kelak kemudian hari.
Namun hal – hal semacam ini lagi – lagi menjadi masalah terakhir yang di urus oleh pemerintah daerah kota Bandung (begitulah yang saya amati dalam keseharian saya). Pemerintah terlalu sibuk mengurus urusan lain yang menyangkut politik dan image kota Bandung. Tidakkah kalian sebagai wakil rakyat tergugah dengan kenyataan ini? Sebagai manusia yang cukup normal, saya selalu merasa miris dengan kenyataan yang harus di terima oleh anak – anak tersebut,. Pakaian yang digunakan kumal, belel, wajah lusuh, badan bau, ingusan, rambut pirang terkena matahari, belum lagi di tambah bekas – bekas luka di tubuh mereka. Terlebih miris lagi justru karena saya tidak bisa melakukan apa – apa atas kondisi mereka. Apakah hanya saya saja yang merasakan perasaan seperti ini? Dimana undang – undang perlindungan untuk mereka? Apa harus menuggu berita buruk dari mereka baru dapat menjalankan undang – undang? Hey man!! Apakah undang – undang perlindungan anak baru berlaku setelah adanya publikasi tentang mereka?? Dimana pemerintah? Apa peran mereka dalam mengatasi hal ini? Kalau memang ada, mana bukti konkritnya? Dimana hati nurani kalian sebagai wakil rakyat? Atau jangan – jangan pemerintah sesungguhnya telah menjadi wakil rakyat yang sangat amat baik bagi rakyatnya yang beruang saja? Sungguh sangat memalukan!
Anak – anak mencuri, kelaparan, bekerja di jalan menurut saya hal ini tenggung jawab pemerintah seutuhnya! Sering kali saya dengar jangan terus menyalahkan pemerintahlah, dalam menyelesaikan masalah ini masyarakat juga harus berperan/ikut sertalah, atau pemerintah sudah bekerja semaksimal mungkin, menurut saya omong kosong! Anggapan seperti ini hanya keluar dari mulut mereka – mereka yang tidak mengenal lingkungan sekitar mereka, yang hidupnya beruntung. Bagaimana masyarakat kota Bandung dapat tergugah hatinya untuk ikut serta jika pemerintah tidak memberikan contoh konkrit. Awalnya saya hanya ingin membeberkan nasib dan kondisi anak jalanan yang sangat menyedihkan ini kepada masyarakat banyak. Namun ada sesuatu di hati saya yang mengharuskan saya memuntahkan pendapat – pendapat di atas.
Ada beberapa solusi dari saya (yah meskipun saya yakin, solusi saya ini akan di buat susah oleh orang – orang yang memiliki kepentingan terselubung).
1. Secara gamblang publikasikan pemasukan dan pengeluaran pemerintah daerah untuk anak – anak jalanan. Agar masyarakat percaya dan mengerti jika seandainya pemerintah memiliki kendala dalam penanganan masalah anak – anak jalanan. Setidaknya masyarakat tahu dimana kendala itu berada dan apa penyebabnya. Kalau pemerintah daerah tiba – tiba mengatakan ada kendala namun sikapnya seolah – olah menutupi kendala tersebut, masyarakat justru akan menaruh curiga meskipun benar.
2. Kirimkan wakil kalian untuk turun langsung ke daerah – daerah yang disinyalir ada anak – anak jalanannya untuk pengecekan atas data – data yang diterima dari lembaga yang bertanggung jawab di masing – masing daerah. (jangan merasa tidak selevel untuk melakukan pekerjaan ini dan menyuruh bawahannya, bawahannya menyuruh bawahannya lagi, hingga melewati orang ke 100).
3. Bentuk lembaga yang mengurusi dan melindungi anak – anak di setiap daerah dan mumkan keseluruh masyarakat luas letak lembaga tersebut di daerah tempat tinggal mereka. Setiap warga yang tinggal di wilayah daerah itu harus mengetahuinya.
4. Lembaga yang disebut di nomor 3 memiliki beberapa fungsi, diantaranya untuk pendataan anak – anak di kota Bandung, ada seberapa banyak dan mencari tahu alas an – alasan dan penyebab mengapa mereka menjadi anak jalanan dan pendataan tentang terlaksananya program pemerintah wajib belajar Sembilan tahun, jika ada anak yang putus sekolah diusut kenapa dan di laporkan untuk member solusi.
5. Sosialisasikan prosedur mengikuti program pemerintah (misalkan tadi wajib belajar Sembilan tahun) di daerah – daerah terpencil dan kampung – kampung oleh orang – orang yang ahli berkomunikasi dan pastikan seluruh orang tua paham dan mengerti prosedur dari program pemerintah tersebut.
6. Pemberian bantuan/sumbangan pemerintah kepada masyarakat minimal hanya melewati perantara 2 orang saja. Itu pula harus dan wajib di kontrol. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa dana yang dikucurkan untuk biaya pendidikan dan kesejahteraan anak – anak tersalurkan sebagaimana mestinya dan secara adil.
7. Buat peraturan, jika diketahui yang menerima bantuan pemerintah adalah orang yang berkecukupan, langsung di tindak lanjuti dan di umumkan di public.
Seluruh anggota pemerintahan yang bertugas mewakili rakyat, jangan merasa sudah bekerja cukup baik dan berhasil, kalau ada satu saja rakyat yang diwakilkannya sengsara dan menderita dikarenakan pemerintahan yang tidak merata dan tidak adil maka wakil tersebut telah gagal. Sebelum mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, tentunya orang tersebut paham betul bahwa tanggung jawabnya sangat amat besar bukan hanya kepada masyarakatnya saja, tetapi kepada Tuhan yang selalu mengawasi setiap keputusan, kebijakan dan kewenangan yang diberikannya.
Posted by ayu at 16.13 0 comments
MENGISI BLOG SAYA
Posted by ayu at 07.51 7 comments
KENAPA HARUS KOMUNIKASI??
soalnya....
ARTInya KOMUNIKASI??
menurut saya pribadi sih...
"proses pembentukan makna di antara manusia secara langsung atau ngga langsung"
gitulah kira2...
KOMUNIKASI punya KONSEP...
MODEL dasar KOMUNIKASI,,
SALAH banget kalo kalian bilang KOMUNIKASI itu....
sebenernya masih banyak tapi,,,waktu lagi ga ngedukung saya. SO, jangan tunda lagi belajar komunikasi...!
di jamin kalo dah belajar beneran materinya gag akan se-boring yang di atas deh...haha...
Posted by ayu at 00.02 4 comments
Asal Usul Institut Manajemen Telkom (IM TELKOM)
Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) atau dulu bernama STMB Telkom didirikan dengan nama Master in Business Administration (MBA) Bandung melalui akta notaris Wiratni Ahmad, SH., nomor : 163/1990, sebagai Graduate School (sekolah pasca sarjana). Pada awal pendiriannya, Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) mengadop secara utuh, schooling system yang dilaksanakan di Asian Institute of Management (AIM) Philipines . Sistem ini sudah terbukti sangat baik, karena AIM berhasil menjadi Graduate School ternama di Asia dan Dunia. MBA bandung adalah penyelenggara program MBA pertama di Jawa Barat.Ketika didirikan, organisasi dan pengelolaan lembaga langsung disupervisi oleh 3 (tiga) orang tenaga professional dari AIM, yaitu : 1 (satu) orang Dean (Dean Bernado), 1 (satu) orang Profesor Senior (Prof. Rafael J. Azanza), dan 1 (satu) orang Direktur (Ms. Emmy De Vera). Ketiga orang ini sebenarnya tidak hanya memperkenalkan dan menerapkan schooling system AIM, lebih dari itu, mereka juga mencoba menerapkan kultur dan nilai-nilai profesional yang berlaku di AIM. Kegiatan tersebut mereka lakukan secara konsisten selama 5 tahun, yaitu dari tahun 1990-1995. Mereka datang ke Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) untuk mengajar dengan pendekatan team teaching bersama-sama dengan pengajar internal Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) , dan selalu mendiskusikan mengenai pengelolaan institusi pendidikan yang baik.Penerapan schooling system AIM di Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) cukup berhasil, hal ini ditunjukkan dengan berhasilnya Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) bersama-sama dengan IPPM, IPMI, dan Prasetya Mulya, masuk ke dalam jajaran 4 (empat) besar sekolah bisnis terbaik versi majalah SWA tahun 1992, mengungguli universitas-universitas negeri seperti UI, ITB, UNPAD, dll.
Penambahan Program S1
Pada tanggal 25 September 1997, STMB membuka program S1 dengan program studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika (MBTI) tanpa menghadapi kesulitan yang berarti, karena telah memiliki pengalaman dalam mengelola post graduate program yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi. MBTI mendapat ijin dari Dirjen Dikti dengan status Terdaftar melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Pemberian Status terdaftar Kepada Program Studi Manajemen untuk Jenjang Pendidikan Program S1 di Lingkungan Sekolah Tinggi Manajemen Bandung di Bandung.Namun demikian, karena STMB belum memiliki pengalaman dalam pengelolaan mahasiswa yang berjumlah banyak seperti universitas yang mencapai jumlah ribuan orang mahasiswa, dan STMB sangat memperhatikan pengelolaan program yang mengacu pada skala yang baik dan berkualitas, maka penerimaan mahasiswa program S1 angkatan pertama tahun 1997 hanya mencapai 50 (lima puluh) orang mahasiswa. Pada tanggal 5 Agustus 2002,
Program studi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika (MBTI) mendapat akreditasi "A" melalui keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, tentang Hasil dan Peringkat Akreditasi Program Studi untuk Program Sarjana di Perguruan Tinggi, dengan nilai 378. Pada periode yang sama, STMB adalah satu-satunya perguruan tinggi yang program studinya mendapatkan akreditasi "A"? dari BAN-PT.
Posted by ayu at 00.48 7 comments
Labels: PENDIDIKAN